Langsung ke konten utama

Peran Muhammadiyah Dalam Mengatasi Permasalahan Putus Sekolah dan Tujuan Kemerdekaan Indonesia

Pendidikan merupakan komponen penting dalam amanat kemerdekaan Indonesia, karena berperan sentral dalam pembentukan masa depan suatu masyarakat. Pendidikan bertujuan untuk membentuk generasi penerus yang cerdas dan berdaya. Dengan demikian, bangsa Indonesia dapat maju dan sejahtera secara berkelanjutan. Pendidikan formal, nonformal, dan informal saling mengisi dan melengkapi untuk mencapai tujuan ini. [[1]]


Permasalahan putus sekolah merupakan salah satu permasalahan pendidikan di wilayah Malang Raya yang perlu mendapatkan perhatian serius. Tercatat, angka putus sekolah di Kota Malang cukup tinggi. Data BPS Kota Malang menunjukkan bahwa pada tahun 2022, angka putus sekolah mencapai 40 ribu jiwa. Angka ini terbagi menjadi tiga kelompok usia: 0% pada usia 7-15 tahun, 17,77% pada usia 16-18 tahun, dan 41,72% pada usia 19-24 tahun.Data ini memang masih perlu dikonfirmasi ulang karena ternyata banyak siswa yang melakukan pindah ke sekolah lain namun tidak konfirmasi kepada sekolah asal, sehingga operator menyatakan bahwa sekolah telah melakukan DO (drop out) sebagaimana diungkapkan oleh Kepala Bidang (Kabid) Disdikbud Kota Malang Dodik Teguh Pribadi. Pemerintah Kota Malang sendiri berencana untuk mendata ulang pelajar yang putus sekolah untuk memberikan solusi yang lebih tepat. [[2] [3]]

Muhammadiyah, organisasi Islam terkemuka di Indonesia, memainkan peran sosial yang vital dalam mengatasi tantangan pendidikan, terutama masalah putus sekolah di Malang Raya. Melalui inisiatif seperti Panti Asuhan Muhammadiyah Malang (PAMMA), organisasi ini memberdayakan anak yatim piatu dan anak-anak kurang mampu dengan memberikan pelatihan keterampilan hidup dan dukungan pendidikan, yang membantu mengurangi tingkat putus sekolah di antara populasi yang rentan [[4] [5]]. Selain itu, komitmen Muhammadiyah terhadap pendidikan Islam dan pemberdayaan masyarakat terbukti dalam berbagai program amal yang bertujuan membina lingkungan pendidikan inklusif bagi masyarakat miskin [[6] [7]]. Secara keseluruhan, berbagai pendekatan Muhammadiyah, yang mencakup bimbingan etika dan keterlibatan masyarakat, memposisikannya sebagai pemain penting dalam memerangi kesenjangan pendidikan dan mempromosikan kesejahteraan sosial di Malang Raya [[5]].

Ada beberapa hal yang menjadi penyebab putus sekolah di Malang, diantaranya Faktor Keluarga, Faktor Ekonomi, dan Faktor Pernikahan Dini. Faktor Keluarga muncul dari Pembiaran dan rendahnya motivasi yang diberikan oleh keluarga terutama orang tua sehingga anak tidak memiliki cita-cita dan mengandalkan orangtua dan warisan sebagai pegangan ekonomi kehidupannya [[8]].

Adapun Faktor Ekonomi yang menjadi penyebab putus sekolah di Malang ada dua macam. Faktor ekonomi pertama yang dianggap sebagai salah satu penyebab utama anak putus sekolah di Kota Malang adalah banyaknya anak yang tidak bersekolah karena kondisi ekonomi keluarga yang tidak memadai [[9]]. Berkebalikan dengan kondisi ekonomi keluarga yang tidak terbatas, kondisi ekonomi cukup sehingga anak mengandalkan apa yang dimiliki oleh orang tua sebagai warisan secara turun temurun juga menjadi penyebab utama anak putus sekolah di Kota Malang [[8]].

Selain kedua faktor sebelumnya, Faktor Pernikahan Dini, yakni Tradisi menikah muda menjadi penyebab putus sekolah di Malang. Pernikahan dini ini dianggap sebagai solusi bagi remaja yang putus sekolah untuk memotivasi agar mereka bekerja setelah menikah [[8]].

Muhammadiyah berperan aktif dalam mengatasi masalah putus sekolah melalui beberapa cara, diantaranya adalah:

1. Gerakan Infak Pendidikan (GIP) 111
- Muhammadiyah telah membentuk Gerakan Infak Pendidikan (GIP) 111 untuk mengatasi masalah ekonomi yang menjadi penyebab utama putus sekolah. Tujuan GIP 111 adalah untuk menciptakan dana abadi pendidikan yang dapat membantu menutup biaya pendidikan bagi anak-anak yang tidak mampu [[10]].

2. Membangun Sekolah dan Lembaga Pendidikan
- Muhammadiyah telah membangun ratusan sekolah dari tingkat taman kanak-kanak hingga universitas di seluruh Indonesia, termasuk di Jawa Timur dan daerah lainnya. Ini membantu meningkatkan akses pendidikan dan mengurangi angka putus sekolah [[11]].

3. Mengentaskan Kemiskinan
- Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (Lazismu) aktif dalam mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Mereka melakukan gerakan filantropi dengan penyaluran zakat, infaq, dan shadaqah di berbagai daerah, termasuk membantu anak-anak yang putus sekolah karena masalah ekonomi [[11]].

4. Mengatasi Persoalan Ekonomi
- Muhammadiyah juga berfokus pada mengatasi persoalan ekonomi yang menjadi penyebab putus sekolah. Mereka menyadari bahwa ketidakmampuan ekonomi keluarga dalam menopang biaya pendidikan adalah salah satu penyebab utama putus sekolah. Oleh karena itu, mereka berusaha meningkatkan mutu pendidikan dan mengurangi beban biaya pendidikan melalui program-program filantropi [[10]].

Peran aktif Muhammadiyah dalam mengatasi masalah putus sekolah melalui program-program pendidikan, filantropi, dan pengentasan kemiskinan tersebut sejalan dengan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana yang diamanatkan oleh kemerdekaan Indonesia. Peran aktif tersebut memiliki dampak nyata berupa Membantu menutup biaya pendidikan bagi anak-anak yang tidak mampu, Meningkatkan akses pendidikan, Mengurangi kemiskinan sebagai salah satu penyebab putus sekolah, serta meningkatkan mutu pendidikan dengan tetap mengurangi beban biaya pendidikan.

Peran Muhammadiyah dalam mengurangi angka putus sekolah di Indonesia ini sangat penting sebagai bagian dari melaksanakan tujuan Muhammadiyah, yaitu menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Pendidikan dianggap sebagai salah satu media untuk mencapai tujuan Persyarikatan Muhammadiyah ini.

Penulis:
Ali S Kholimi


Rujukan:
[1] https://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JISIP/article/download/5228/4031
[2] https://omong-omong.com/nasib-malang-kota-pendidikan/
[3] https://radarmalang.jawapos.com/pendidikan/812926996/40-ribu-pelajar-putus-sekolah-di-kota-malang-didata-ulang
[4] https://journal.umpr.ac.id/index.php/pengabdianmu/article/view/4295/3472
[5] https://jayapanguspress.penerbit.org/index.php/ganaya/article/view/2020/1005
[6] https://jurnal.umj.ac.id/index.php/MaA16/article/view/11146/6719
[7] https://eprints.umm.ac.id/id/eprint/5151/1/Abidin%20Sukmana%20%E2%80%93%20Philanthropy%20Community%20Empowerment%20Lazismu.pdf
[8] https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/E-Plus/article/view/11428
[9] https://tugumalang.id/berhasil-upaya-sutiaji-entaskan-angka-putus-sekolah-di-kota-malang-berikut-data-dan-faktanya/
[10] https://muhammadiyah.or.id/2023/11/gerakan-infak-pendidikan-111-muhammadiyah-supaya-masalah-ekonomi-tidak-jadi-alasan-anak-putus-sekolah/
[11] https://umj.ac.id/opini/111-tahun-muhammadiyah-bergerak-nyata-berkontribusi-untuk-indonesia-dan-dunia/

Komentar