Langsung ke konten utama

Belajar Meminta dan Memaafkan dari Rasulullah

Amir Rifa'i
Sekretaris PRM Jetis

Siapa yang tidak mengenal sosok Nabi Muhammad? Semua orang pasti mengenalnya, terutama bagi ummat Islam yang menjadikan beliau sebagai suri tauladan dalam kehidupan. Banyak cerita yang menggambarkan bagaimana kehidupan orang mulia seperti beliau. Banyak pula kisah kasih yang menggambarkan kasih sayangnya terhadap ummat juga keluarganya. Dan salah satunya adalah apa yang akan kit abaca dibawah ini.



Tidak seperti biasanya Rasulullah SAW belum pulang dari berdakwah dan mengajarkan Islam dirumah sahabat.”Sudah selarut ini kok belum pulang,” kata Aisyah dalam hatinya. Aisyah merasa sangat khawatir dengan keadaan Rasullah saat itu yang belum pulang hingga larut malam. Kekhawatiran Aisyah beralasan karena semakin gencarnya musuh-musuh Islam dari kaum Quraisy mengancam dan akan menghentikan dakwah dan bahkan hendak membunuh Rasulullah SAW.
Tapi Aisyah pun berfikir sejenak dan menenangkan fikiranya sambil bergumam dalam hati “Ah, mungkin suamiku sibuk melayani para sahabatnya, dan jika terjadi apa-apa terhadap Rasulullah tidak mungkin para sahabatanya tidak melindunginya, apalagi disana pasti ada Umar yang kuat dan selalu sigap dalam melindungi Rasul”.
Saat itu rasa ngantuk sudah menjalar dalam diri Aisyah sambil sesekali menguap menahan kantuk dan capek, maklum saja siang harinya istri Rasulullah itu bekerja mengaduk roti untuk persediaan makanan sehari-hari. Saat itu pula Aisyah beranjak dari kursi kayu dan merebahkan dirinya di atas lantai sambil bersandar di pintu dan dengan kesabarannya menuggu kedatangan suaminya, “Ya sudah biar aku tunggu sambil merebahkan diriku di pintu, supaya ketika suamiku nanti mengetuk pintu aku dapat mendengar walau aku tertidur” pikir Aisyah. Tapi rasa kantuk yang sudah menjalar tidak bisa dia tahan ssetelah sesaat kemudian diapun tertidur pulas.
Rasulullah SAW adalah seorang Nabi dan pendakwah sejati berusaha berjalan lebih cepat  dari biasanya supaya segera sampai dirumahnya. Beliaupun merasa ingin segera sampai rumah karena tidak ingin membuat istrinya menunggu lama dan khawatir.  “Kasihan Aisyah, ia pasti cemas menunggu kedatanganku, Aku tadi terlalu sibuk menjawab pertanyaan dari para sahabat-sahabat dan kebetulan juga ada beberapa orang yang ingin masuk Islam, Aku jadi lupa dengan waktu ”Gumam Rasulullah SAW dalam hati.
Ketika sampai di depan pintu rumah, Rasulullah SAW mengetuk pintu dan mengucap salam. Sudah tiga kali Rasulullah mengucap salam namun beum juga ada yang membuka kerena Aisyah sudah tidur pulas dan tidak menengar salam Rasul walau tidurnya di pinggir pintu. “Mungkin Aisyah sudah tidur, kasihan dia kecapean menugguku”. Pikir Rasulullah sambil membayangkan wajah istrinya yang sedang tidur. Dalam hati Rasulullah berkata, “biarlah dia tidur, mungkin dia terlalu capek bekerja dan membantuku. Biar aku berbaring disini saja (dibalik pintu luar), agar jika ia bangun besok pagi untuk mengambil air wudlu aku dapat mendengarkannya”. Kemudian beliau duduk di atas tanah sambil merebahkan dirinya pada pintu dan sesaat kemudian beliau mengantuk dan sudah tertidur pulas.
Sungguh sangat istimewa sepasang suami istri ini, Subhanallah, dua insa mulia yang dimuliakan oleh Allah tengah tertidur dengan pulas, yang satu bersandar di pintu bagian luar dan yang satu bersandar di pintu bagian dalam. Sangat mengharukan sekali di hati mereka berdua tidak ada prasangka bruruk terhadap pasangan mereka, hati mereka berdua dipenuhi rasa cinta terhadap pasangannya masing-masing. Bahkan mereka telah berkomitmen untuk mengabdikan hidup mereka unutk perjuangan agama, maka mereka berdua ikhlas melakukan hal seperti ini.
Malam sudah berlalu dan pagi sudah menuggu, ketika menjelang subuh Aisyah terbangun  dari tidurnya dan belum mendapati suaminya dirumah. “Ternyata suamiku belum pulang juga. Apa dia tidur dirumah sahabat, padahal dia tidak pernah melakukan hal seperti itu? Sudahlah, aku ambil air wudlu untuk shalat tahajud saja”, pikir Aisyah sambil bangun dari tidurnya. Kemudian dia membuka pintu dan tiba-tiba dia berseru “astagfirullah” Rasulullah jadi terbangun seketika karena pintu yang beliau sandari terbuka dan badan beliau jatu kedalam. Rasulullah SAW juga terkaget dan berkata “subhanallah”. Sepontan Aisyah memeluk tubuh suaminya yang masih terjerembab dilantai tanah itu, ”astagfirullah, maafkan aku suamiku”, ucap Aisyah berulang-ulang. Sambil bangkit dari duduk Rasulullah berkata “tidak wahai Istriku, aku yang salah, maafkan aku”
“Maafkan aku yang tidak sabar mengunggu tadi malam sehingga aku tidak mendengar kedatanganmu dan membuat terpaksa tidur diluar” seru Aisyah sambil menitikkan air mata. Perlahan Rasulullah memegang bahu istri dan merengangkan pelukan istrinya dan kemudian dengan lembut memegang pipi istrinya sambil mengusap air mata istrinya beliau berkata “tidak, akulah yang salah. Maafkan aku yang telah membuatmu lama menugnggu karena aku lupa waktu ketika melayani para sahabat”. Aku yang salah, maafkan aku” kata Aisyah sambil menatap lembut wajah Rasulullah, ”aku yang salah,maafkan aku” ucap Rasulullah kembali. “Aku yang salah, maafkan aku” ucap Aisyah sembari merebahkan kepalnya dibahu suaminya. “Aku yang salah, maafkan aku wahai istriku,” ucap rasulullah kembali membalas maaf istrinya. Sesaat mereka saling berpelukan, lalu Rasulullah mengajak istrinya berjalan menuju tempat wudlu
Akhirnya, dari sedikit kisah ini kita tahu bahwa ada kata “maaf” yang perlu kita teladani dari cuplikan kisah kasih sayang rasul terhadap istrinya. Maka marilah kita semua meneladani apa yang dilakukan oleh Rasulullah dengan saling meminta maaf antara satu dengan lain atau memaafkan terlebih dahulu, saling mengikhlaskan kesalahan orang lain dan memahami kekurangan serta kelalaianya. Serta jangan sampai kita lupa meneladani apa yang dilakukan oleh rasulullah.

Komentar