“Ya Tuhan kami, janganlah engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau: karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS.Ali Imran: 8)
Ya muqallibal qulub, tsabbit qalbi ‘ala diinik...”Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati,teguhkan hati kami di atas agama-Mu.”(HR.Ahmad dan at Tirmidzi)
Dalam tubuh kita ada satu organ yang sangat istimewa, tidak lain ialah hati. Hati hanya sebesar genggaman tangan, ukurannya kecil dan sangat rapuh. Terdiri aras serat serat alami yang tersusun dari kumpulan elektron elektron sensitive dimana saling berhubungan membentuk kombinasi yang luarbiasa didalamnya. Apabila satu elektron saja keluar dari jalurnya, hati akan bereaksi dan tentu menimbulkan penyakit-penyakit hati pada umumnya.
Sebenarnya yang menjadi pangkal utama sehingga seseorang akan mendapat kebahagiaan di dunia dan memperoleh rahmat Allah, serta selamat dari azab-Nya pada hari kiamat kelak adalah sejauh mana dia dapat menjaga dan memelihara hatinya. Sehingga selalu condong dan mempunyai ketergantungan hanya kepada Allah sebagai satu-satunya dzat yang selalu mebolak-balikakan hati setiap setiap hambaNya sesuai dengan kehendak-Nya.
Bukan justru sebaliknya, di mana hati kita kadang selalu condong kepada hawa nafsu dan tipu daya setan. Karena pada dasarnya Allah tidak akan melihat ketampnan dan kecantikan wajah kita, tidak pula melihat kemulusan dan kemolekan badan-badan kita, namun Allah hanya akan melihat hati-hati kita dan amal perbuatan kita. Manaklah hati seseorang bersih, maka akan membawa dampak kepada kebaikan seluruh anggota tubuhnya, begitu sebaliknya jika hati seseorang telah rusak, maka rusaklah seluruh anggota tubuhnya.
Sebagaimana yang diisyaratkan oleh Nabi
Rasullah SAW bersabda: “....ketahuilah sesungguhnya di dalam jasa itu ada segumpal daging, apabila baik maka baiklah seluruh jasadnya, dan apabila rusak maka rusaklah seluruh jasadnya, ketahuilah bahwa dia itu adalah hati.” (Muttafaq ‘Alaih).
Karena itulah hati mempunyai peranan yang sangat fital dalam diri seseorang dan menjadi sentral bagi anggota tubuh lainya sehingga keberadaannya yang dapat menentukan baik buruk dan hitam putihnya seluruh amalan dan aspek kehidupan seorang muslim.
Tentu yang demikian kadang tidak dipahami oleh kebanyakan manusia, khususnya kaum muslimin, di mana kalau kita perhatikan kondisi kebanyakan mereka, niscaya kita akan menyaksikan suatu fenomena yang sangat memprihatinkan dan me-nyedihkan. Mereka memahami bahwa tolak ukur kebahagiaan seseorang sekedar dengan penampilan lahiriyah dan materi belaka, sehingga mereka sibuk dengan kehidupan dunianya, memperkaya diri, memperindah dan mempercantik diri dengan berbagai macam bentuk keindahan dunia.
Akan tetapi pada saat yang sama, mereka lalai dan lupa dengan keindahan, kebersihan, serta kesucian bati yang pada akhirnya justru dapat menyelamatkan mereka:baik di dunia maupun di akhriat kelak. Hal ini bisa terjadi kepada siapapun, karena hati manusia cepat sekali berubah dengan berubahnya keadaan lingkungan, kondisi ekonomi, bahkan bisa menjadi berubahkan keimanan seseorang jika tidak berhati-hati dengan hati.
Sesungguhnya perkara hati merupakan perkara agung dan kedudukannya pun sangat mulia, sehingga Allah menurunkan kitab-kitab suci-Nya unutk memperbaiki hati, dan Dia utus para Rasul untuk menyucikan hati, membersihkan, dan memperindahnya.
Demikianlah Allah berfirman : “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Yunus: 57)
Al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah menuturkan di dalam salah satu kitab beliau, “Hati yang sehat, yaitu hati yang selau terjaga dari syirik,sifat dengki, iri hati, kikir, takabur, cinta dunia dan jabatan. Ia terbebas dari semua penyakit yan akan menjauhkannya dari Allah. Ia selamat dari setiap syubhat yang menghadangnya. Ia terhindar dari intaian syahwat yang menentang jati dirinya, dan ia terbebas dari segala keinginan yang akan menyesaki tujuannya. Ia akan terbebas dari segala penghambat yang akan menghalanginya dari jan Allah. Inilah hati yang sehat di surga dunia dan surga di alam kubur,serta surga di Hari Kiamat. Keselamatan hati tidak akan terwujud, kecuali dengan terjaga dari lima perkara, yaitu syirik yang bertentangan dengan tauhid, dari bid’ah yang berhadapan dengan sunnah, dari syahwat yang menghambat urusannya, dari ghaflah (kelalaian) yang menghilangkan dzikir kepada Allah, dari hawa nafsu yang akan menghalangi ikhlash.” (al-Jawab al-Kafi, 1:176).
Ibnu Rajab al-Hanbali penah berkata ”Keutamaan itu tidak akan diraih dengan banyaknya amal jasmani, akan tetapi diraih dengan ketulusan niat kepada Allah, juga sesuai dengan sunnah Nabi dan dengan banyaknya pengetahuan dan amalan hati.” (Mahajjah fi sair ad-Daljah, hal.52).
Ini semua menunjukan bahwa dasar keimanan atau kekufuran manusia, hidayah atau kesesatan, keberuntungan atau kenistaan tergantung pada apa yang tertanam di dalam hati seorang hamba tersebut.
Maka dari itu, agar hati kita tidak mudah terpeleset dan menyimpang dari kebenaran dan cahaya dari Allah, bahkan sampai tertutup dan terkunci karrena hawa nafsu yang membelit-Nya serta asegala hal yang dapat merusak dan membinasakannya, maka perlu adanya usaha-usaha penjagaan terhadap hati yang bersifat kuratif dan kontinyu, sekaligus resep (obat) sebagai usaha prefentif agar bisa selamat dari segala bentuk penyaki-penyakit hati yang mematikan.
Di antara hal yang dapat menyebabkan hati seseorang menjadi tenang dan bersih adalah amalan memperbanyak membaca Alquran dan ,memdengarkannya, karena Alquran merupakan penawar yang ampuh dari penyakit syubhat dan nafsu syahwat yang keduanya merupakan inti penyakit hati seseorang.
Tersirat dan tersurat di dalamnya terdapat penjelasan-penjelasan yang akurat yang membedakan yang haq dari yang batil, sehingga syubhat akan hilang, dan di dalamnya terdapat hikmah, nasihat yang baik, mengajak zuhud di dunia, dan menghimbau untuk lebih mengutamakan kehidupan akhirat, sehingga penyakit nafsu syahwat akan hilang. Wallahu a’lam bishowab.
Oleh: Amir Rifa'i (Sekretaris PRM Jetis)
Komentar
Posting Komentar